Senin, 10 Maret 2014

Ini adalah Bukti Cinta

Seluruh makhluk yang bernyawa memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan emosi seperti cinta. Tetumbuhan dengan bunga, daun, dan buahnya, ia mengungkapkan cintanya. Hewan-hewan mengekspresikannya dengan buasnya, dengan kukunya, dengan taring dan gadingnya, dengan kulitnya, dan dengan dagingnya sendiri. Gunung dengan lava, lahar, dan magmanya. Tetumbuhan, gunung gemunung, dan hewan-hewan adalah 3 tipe makhluk yang tak enggan mengungkapkan rasa cintanya. Kepada siapa? Kepada Alloh Ta'ala yang menakdirkan mereka untuk kelangsungan hidup manusia, lebih jauh untuk lingkungannya.Adalah suatu keniscayaan bahwa Alloh Ta'ala menunjukkan CintaNya melalui KehendakNya yang terlukis dalam takdir pada pohon, gunung dan binatang, pun mereka mengekspresikan kecintaan mereka pada Rabb mereka dengan kepatuhan tiada banding.


Mereka senantiasa berdzikir kepada Alloh sebagai ekspresi cinta kepadaNya, dan mereka ridha ketika diperalat oleh manusia dalam penunjang hidup sebagai khalifah di muka bumi, itupun bukti cinta mereka pada Alloh. Maka manusia bagaimanakah caramu dalam mengekspresikan cinta kepada Rabbul 'Alamin?

Banyak cara telah diajarkan oleh Guru paling sempurna untaian cinta kasihnya pada Tuhannya, yakni Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau ajarkan ummahat berdzikir dalam setiap hembusan napas dan detak jantung setiap detiknya. Dalam setiap detik usia, dalam tiap inchi langkah manusia, beliau ajarkan ummatnya dengan cinta untuk mencintai Yang Maha Cinta. Dan yang sempurna cintanya pada Kekasih Sejati ini tak lupa ajarkan manusia hakikat habluminannass setelah dicontohkannya habluminallah.


Rasulullah Sang Penguat Umat, pengokoh ukhuwah, pejuang sejati kemanusiaan atas kejahiliyahan bangsa Quraisy zaman lampau, mengajarkan manusia untuk toleransi. Seperti kabar yang disampaikannya dengan lembut setelah wahyu itu datang, adalah suratul Kafiruun. Beliau sampaikan kalimat suci dari Lauh Mahfudz itu bahwa: "bagimu agamamu dan bagiku agamaku."


Kabar itu jelas bahwa beliau memerintahkan umatnya untuk berlepas diri dari para kafiruun dan tidak mengganggu agama mereka. Namun begitu tetap saja Islam, agama yang dibawa Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang telah diridhai Alloh tidak menghendaki adanya kemusyrikan. Terbukti dengan diksi pada penyebutan orang-orang di luar Islam sebagai al kafiruun.


Toleransi. Ya, memiliki arti menghargai. Terlalu banyak dalih dalam menggambarkan toleransi. Dari soal toleran terhadap budaya hingga soal akidah. Pembuktian atau pengekspresian dari toleransi pun bermacam-macam. Adalah si liberal yang menjunjung tinggi pluralisme dalam otaknya yang membaurkan akidah satu dengan yang lain. Mengatasnamakan kebebasan dan saling menghargai. Kemudian kaum liberal itu mendukung zindiq, rafidhah, ahlul bid'ah, serta mencampurkan cara beribadah umat satu dengan yang lain.

Dalihnya dengan ayat al Qur'an, tafsirnya layaknya tarian kaya yang meliuk indah, meyakinkan, membuat awwam terkesima. Padahal tafsir itu salah besar! Misalnya ayat terakhir di surat al Kaafiruun; lakum diinukum waliyadiin. Seorang penggiat liberal, mantan menteri agama pada masa Orde Baru, menafsirkan ayat tersebut berarti bahwa tak perlu menjadi muslim jika ingin patuh terhadap Tuhan. Innalillahi! Dengan pongahnya ia melegalkan kemusyrikan.

Tidakkah ia tahu apa maksud dari turunnya surat tersebut? Atau lupakah ia akan ayat-ayat lainnya yang di awal? Lalu kenapa ummat Islam di luar kaum liberal, rafidhah, zindiq, dan ahlul bait sangat gencar memojokkan mereka? Tahu apa jawabannya? Adalah cinta!

Seperti Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam ketika diperintahkan untuk menyeru kaumnya kepada agama yang haq dan mendirikan ketauhidan, mengemban juang dakwah sebagai manusia yang terpilih untuk menjadi Nabi dan Rasul. Beliau menerimanya dengan rasa cinta kepada Yang Maha Cinta, beliau pula menyeru dan berjuang penuh peluh, perih, darah, dan air mata, atas dasar cinta. Banyak dari kita tahu betapa Rasulullah kerap tersiksa, acap kali dihina, dicaci dan dimaki oleh kaumnya dalam juangnya. Namun tetap jua hati terpaut pada kaumnya kala malaikat Jibril tak kuasa melihat kekasih Sang Kekasih itu meregang nyawa. Beliau dengan lemah mewasiatkan pada menantunya Ali radiyallahu'anhu kata-kata "ummatii, ummatii, ummatii." Betapa cinta Rasulullah sangat suci dan tulus.


Itulah maksud orang-orang di luar liberal (dan antek-antek ahlul bid'ah) yang gencar meluruskan akhlak ummat. Karena cinta mereka melawan kekufuran yang mendera saudara-saudaranya, kepongahan mengangkangi batok kepalanya, dan kesesatan pikir menjadi tuhannya. Jika bukan karena mereka berikrar bahwa tiada Tuhan yang haq untuk disembah selain Allah Ta'ala dan Muhammad Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam adalah benar utusanNya, maka takkan kami campuri urusan mereka.

Rasulullah dengan suaranya yang lembut memberikan kabar baik pada muslimin. Ia berkata, "barangsiapa yang bersaksi tiada Tuhan yang haq disembah selain Alloh dan Muhammad adalah benar utusan Alloh, maka ia telah beriman kepada Alloh."

Ali radiyallahu'anhu pernah ditanya soal khawarij. Sahabat bertanya, "wahai Ali bagaimanakah khawarij itu? Apakah mereka kafir?" Ali menjawab, "tidak, mereka adalah saudara-saudara kita dulu yang sekarang berlaku berlebih-lebihan."


Betapa syahadatain telah menyatukan kita dalam Islam, menimbulkan rasa cinta pada saudara-saudara seiman, hingga cinta itu dibuktikan dengan pelurusan akhlaq dan akidah. Bukan, bukan semata-mata cinta pada para pengikrar janji setia dalam Agama Islam, tapi sungguh cinta ini didasari pada kecintaan Sang Pencipta agama yang haq. Jika bukan karenaNya, sungguh kami benar-benar berlepas tangan dalam urusan dakwah, sungguh kami benar-benar takkan peduli pada porak porandanya agama ini, sungguh kami benar-benar takkan menilik sedikitpun akan kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat dalam agama Alloh.


Kami tidak mencari ribut dan perpecahan umat dalam agama ini, justru inilah bukti cinta kami untuk meluruskan yang menyimpang, mencerdaskan ummat yang awwam, mengembalikan yang haq dari kebathilan. Inilah bukti nyata cinta kami. Cinta terhadap Alloh Ta'ala, Rasulullah sang ruhul jihad pemersatu umat, dan cinta pada saudara yang telah berikrar dalam ketauhidan.


Wahai saudara kami, takkan kami lakukan begini jika kalian telah terang sebagai kaum Nashoro dan Yahudi, takkan kami peduli pada pemikiran-pemikiran kalian jika kalian atheis atau agnostik, kami sungguh akan memalingkan wajah jika kalian tidak menjelek-jelekkan agama Alloh Ta'ala dan menghancurkan agama ini dengan pemikiran kerdil kalian. Kecuali jika kalian adalah munafik dan fasik, maka Alloh Ta'ala yang akan menghukumi.



Ruang Qalbu, 11 Rabiul Akhir 1435 H 11:32 PM
Dengan cinta kutulis surat ini
continue reading Ini adalah Bukti Cinta

Rabu, 05 Maret 2014

Surat Cinta yang Paling Romantis

Surat Cinta yang Paling Romantis

Suara merdu bocah bernama Muhammad Al Barok mengalun merdu dari fitur pemutar musik ponselku pagi itu. Bocah itu membacakan surat Ar-Rahman, Yang Maha Pemurah. Suaranya memenuhi seluruh ruang yang ada di kostku. Ya, seluruhnya, tak hanya kamar sempit sepetak yang kutinggali, namun sampai ke dalam batok kepalaku dan relung sukmaku yang gelap.

Ada beberapa ayat yang menyita perhatianku karena isak dan senggukannya. Kubuka aplikasi Qur’an digital di ponselku untuk membaca arti dari ayat-ayat yang dibacanya hingga sedemikian emosi. Tak ayal jika si pelantun menangis, karena ayat-ayat itu berarti kasih dan rahmat Alloh Ta’ala yang begitu luas. Aku menangis kala indra runguku mendengar isaknya dan netraku membaca maksud kalam Rabbul ‘Izzati dalam surah cintaNya. Aku menangis sejadi-jadinya karena suara bocah ini, karena surat CintaNya, karena Kasih dan SayangNya.

Kemudian aku teringat pada hari di mana murottal ini bisa berada di ponselku. Fred memberikannya padaku setelah aku menanyainya apakah ia suka mendengarkan murottal dan siapa qori’ yang ia sukai suaranya. Fred menceritakan tentang rekaman Muhammad Al Barok yang membaca surat Ar-Rahman.
Aku mendengarkan ceritanya dan sesekali menimpali. Hingga ia membacakan ayat yang membuatnya merinding. Aku mengikuti bacaannya.

“Abis baca ayat itu, dia sampe nangis. Beuuh merinding cuy dengernya,” katanya sambil bergidik. “Artinya itu inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa,” tambahnya.

“Ayat kullu man ‘alaihaa faan diulang tiga kali coba. Semua yang ada di bumi akan binasa.” Ia kembali menjelaskan.

Aku terkesima. Ya, rupanya ia hafal beberapa ayat di surat Ar-Rahman beserta artinya. Atau mungkin memang dia hafal surat itu. Entahlah. Yang jelas pada hari itu aku dan dia membaca tiga ayat dari surat Ar-Rahman bersama.

Sejujurnya aku malu, ya aku malu pada Fred. Aku ingat beberapa bulan lalu ia bertanya padaku apakah aku sedang menghafal surat Ar-Rahman, dan kujawab iya. Namun hingga saat ini aku belum juga hafal surat cinta paling romantis dariNya. Dan mungkin hari ini Fred sudah hafal surat itu bahkan beserta artinya. Subhanallah, Maha Suci Alloh yang mustahil salah.

Di hari itu juga ia bercerita,

“Gua pernah nangis pas shalat itu cuma sekali.”

Aku tersenyum mendengarnya.

“Serius,” katanya, seolah meyakinkan diriku yang ia pikir tak percaya. Ya, sejujurnya aku sedikit terkejut. Aku masih tersenyum, pun dengan dia.

“Gua nangis pas shalat Jum’at di SMA dulu. Itu imamnya yang baca al-Qur’an bikin merinding. Merdu banget suaranya.”

Aku masih menjaga senyumku. Aku tersenyum bukan meragukan keabsahan pengakuannya, aku tersenyum karena pengakuan diriku sendiri dalam bathinku. Dalam hati aku berkata bahwa aku juga pernah merasakan hal yang sama, menangis kala shalat berjamaah karena bacaan sang Imam, dan imam shalat kami kala itu adalah dia, Fred temanku. Aku terkesima karena bacaan Al-Fatihah yang dibacanya di raka’at pertama shalat Isya’. Langgamnya tidak seperti para qori’, namun mampu membawaku pada rasa khusyuk dan mampu mengingat arti dari tiap kata dalam induk surat itu. Aku shalat dengan menahan tangis, namun air mata luber juga hingga ke sajadah.

Entah kenapa aku merasa surat CintaNya yang paling romantis jua yang menyatukan kami dalam persahabatan dan muhasabah. Ar-Rahman berarti Yang Maha Pemurah, dan induk al-Qur’an surat Al Fatihah. Aku berharap pemersatuan ini tak hanya sekedar untuk muhasabah bersama atau hubungan persahabatan biasa, namun juga pemersatuan di jalan juang menegakkan ketauhidan dan kebermanfaatan untuk ummat

Satu lagi harapan terpendamku mengenai Surat CintaNya yang paling romantis. Aku ingin dibersatukan dengan dia yang tertulis namanya di Lauh Mahfudz sebagai imam dan pondok hidupku, yang dengannya aku belajar untuk mencintaiNya dengan sempurna, dalam dialog panjang di waktu yang khusyuk, dalam tangis rindu bertemu denganNya. Aku ingin membaca surat-surat CintaNya dengan penuh cinta.

Sungguh tiada bacaan yang mesra nan romantis melainkan surat CintaNya yang suci
Tiada lagu yang lebih merdu selain lantunan tiap kata dari surat CintaNya
Tiada hal yang lebih indah untuk dihafal melainkan tiap huruf–huruf yang menjadi KalamNya
Dan tiada hal yang lebih nikmat dipahami selain sari kata dari Surat CintaNya yang tiada banding keindahannya

Ruang Qalbu, 4 Rabiul 1435 H
15:37

Ditulis dengan hati gemuruh menahan rindu dan tangis bahagia
continue reading Surat Cinta yang Paling Romantis