Rabu, 05 Maret 2014

Surat Cinta yang Paling Romantis

Surat Cinta yang Paling Romantis

Suara merdu bocah bernama Muhammad Al Barok mengalun merdu dari fitur pemutar musik ponselku pagi itu. Bocah itu membacakan surat Ar-Rahman, Yang Maha Pemurah. Suaranya memenuhi seluruh ruang yang ada di kostku. Ya, seluruhnya, tak hanya kamar sempit sepetak yang kutinggali, namun sampai ke dalam batok kepalaku dan relung sukmaku yang gelap.

Ada beberapa ayat yang menyita perhatianku karena isak dan senggukannya. Kubuka aplikasi Qur’an digital di ponselku untuk membaca arti dari ayat-ayat yang dibacanya hingga sedemikian emosi. Tak ayal jika si pelantun menangis, karena ayat-ayat itu berarti kasih dan rahmat Alloh Ta’ala yang begitu luas. Aku menangis kala indra runguku mendengar isaknya dan netraku membaca maksud kalam Rabbul ‘Izzati dalam surah cintaNya. Aku menangis sejadi-jadinya karena suara bocah ini, karena surat CintaNya, karena Kasih dan SayangNya.

Kemudian aku teringat pada hari di mana murottal ini bisa berada di ponselku. Fred memberikannya padaku setelah aku menanyainya apakah ia suka mendengarkan murottal dan siapa qori’ yang ia sukai suaranya. Fred menceritakan tentang rekaman Muhammad Al Barok yang membaca surat Ar-Rahman.
Aku mendengarkan ceritanya dan sesekali menimpali. Hingga ia membacakan ayat yang membuatnya merinding. Aku mengikuti bacaannya.

“Abis baca ayat itu, dia sampe nangis. Beuuh merinding cuy dengernya,” katanya sambil bergidik. “Artinya itu inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa,” tambahnya.

“Ayat kullu man ‘alaihaa faan diulang tiga kali coba. Semua yang ada di bumi akan binasa.” Ia kembali menjelaskan.

Aku terkesima. Ya, rupanya ia hafal beberapa ayat di surat Ar-Rahman beserta artinya. Atau mungkin memang dia hafal surat itu. Entahlah. Yang jelas pada hari itu aku dan dia membaca tiga ayat dari surat Ar-Rahman bersama.

Sejujurnya aku malu, ya aku malu pada Fred. Aku ingat beberapa bulan lalu ia bertanya padaku apakah aku sedang menghafal surat Ar-Rahman, dan kujawab iya. Namun hingga saat ini aku belum juga hafal surat cinta paling romantis dariNya. Dan mungkin hari ini Fred sudah hafal surat itu bahkan beserta artinya. Subhanallah, Maha Suci Alloh yang mustahil salah.

Di hari itu juga ia bercerita,

“Gua pernah nangis pas shalat itu cuma sekali.”

Aku tersenyum mendengarnya.

“Serius,” katanya, seolah meyakinkan diriku yang ia pikir tak percaya. Ya, sejujurnya aku sedikit terkejut. Aku masih tersenyum, pun dengan dia.

“Gua nangis pas shalat Jum’at di SMA dulu. Itu imamnya yang baca al-Qur’an bikin merinding. Merdu banget suaranya.”

Aku masih menjaga senyumku. Aku tersenyum bukan meragukan keabsahan pengakuannya, aku tersenyum karena pengakuan diriku sendiri dalam bathinku. Dalam hati aku berkata bahwa aku juga pernah merasakan hal yang sama, menangis kala shalat berjamaah karena bacaan sang Imam, dan imam shalat kami kala itu adalah dia, Fred temanku. Aku terkesima karena bacaan Al-Fatihah yang dibacanya di raka’at pertama shalat Isya’. Langgamnya tidak seperti para qori’, namun mampu membawaku pada rasa khusyuk dan mampu mengingat arti dari tiap kata dalam induk surat itu. Aku shalat dengan menahan tangis, namun air mata luber juga hingga ke sajadah.

Entah kenapa aku merasa surat CintaNya yang paling romantis jua yang menyatukan kami dalam persahabatan dan muhasabah. Ar-Rahman berarti Yang Maha Pemurah, dan induk al-Qur’an surat Al Fatihah. Aku berharap pemersatuan ini tak hanya sekedar untuk muhasabah bersama atau hubungan persahabatan biasa, namun juga pemersatuan di jalan juang menegakkan ketauhidan dan kebermanfaatan untuk ummat

Satu lagi harapan terpendamku mengenai Surat CintaNya yang paling romantis. Aku ingin dibersatukan dengan dia yang tertulis namanya di Lauh Mahfudz sebagai imam dan pondok hidupku, yang dengannya aku belajar untuk mencintaiNya dengan sempurna, dalam dialog panjang di waktu yang khusyuk, dalam tangis rindu bertemu denganNya. Aku ingin membaca surat-surat CintaNya dengan penuh cinta.

Sungguh tiada bacaan yang mesra nan romantis melainkan surat CintaNya yang suci
Tiada lagu yang lebih merdu selain lantunan tiap kata dari surat CintaNya
Tiada hal yang lebih indah untuk dihafal melainkan tiap huruf–huruf yang menjadi KalamNya
Dan tiada hal yang lebih nikmat dipahami selain sari kata dari Surat CintaNya yang tiada banding keindahannya

Ruang Qalbu, 4 Rabiul 1435 H
15:37

Ditulis dengan hati gemuruh menahan rindu dan tangis bahagia

1 komentar: