Sabtu, 21 November 2015

Kafein Tak Biasa

Belum sampai habis hitungan hari pada jemari; kita bertemu lagi. Belum sampai habis hitungan jam pada bayang; kita sudah berkomunikasi lagi. Tapi, telah lewat ribuan detik saya berpikir, berimaji, dan hasilnya lagi-lagi satu; tak sabar ingin bertemu. Saya selalu suka caranya beranalogi, caranya berbagi, caranya merangkul, caranya bercerita dan caranya menunjukkan geligi bersebab tawa. Hingga saya lagi-lagi tak kuasa menahan rindu. Pertemuan rutin selalu tertunai, tapi masih tak cukup untuk membayar. Meski saat bertemu, kepala saya kerap tertunduk malu berhadapan dengan benteng kokoh membajanya kekuatan ruhiy, fikri, dan jasadi. Allah Maha Pemurah, dengan KemurahanNya saya dititipkan pada orang yang luar bisa. Percayakah pada cinta pada pandangan pertama? Saya, ya. Tak perlu saya perjelas mengapa dan bagaimana, kau bisa membacanya bagai buku yang terbuka. Begitulah cinta dari Yang Maha Cinta, ditelusupkanNya cinta-cinta Rabbani pada setiap hati yang Dia kehendaki. DikaruniakanNya rasa berkasih dan bersayang pada sukma-sukma yang diizinkanNya. Agar ada pertalian persaudaraan antar sanubari yang imani. Dan begitu, saya mencinta dia, seorang Kakak yang tiada kata yang mampu memeta betapa hebatnya ia dengan segala kurang dan lebihnya. Dan begitulah saya, mengekspresi cinta dengan rerimbun kata. Jika kemarin saya katakan pada Kakak saat kita bertemu tak sengaja, betapa detak jantung saya berdegup tak biasa, itu bukan karena saya habis meminum kafein. Tapi, karena dengan izin Allah kita tunaikan pertemuan tanpa terencana. Dan bukankah pertemuan tak sengaja justru yang membuat hati berdesir? “Tetapi apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak disengaja?” Tere Liye dalam novel Kisah Sang Penandai
Salam Kak dari saya adik yang bandel yang sering meneror dengan pesan-pesan penuh dalih diskusi, pesan-pesan tak penting sebagai ekspresi rindu. Hehehe :D Semoga ridho.. :D Bumi Allah, 21 Nov 2015. 06:00 a.m. INF

2 komentar: