Kamis, 19 November 2015

Sahabat Kopi, J

Lebih dari hitungan hari kita tak bersua, menatap lama, tergelak bersama, sampai habis suara karena tawa. Aku sering mengatakan pada yang lain bahwa kalian adalah rumah untukku pulang, saat ada sederet tanya serupa, "Apa yang kau lakukan saat jenuh melanda?".

Bayangan-bayangan itu melaju cepat terputar di dalam batok kepalaku, wajah-wajah konyol yang tak tau malu itu tiba-tiba menjelma bayang di dinding kamar. Kalian, selalu bisa membuatku tertawa dengan gelak yang bukan berpura, bahkan saat kalian menyebar untuk menumbuh dan kembangkan diri, berpisah kita satu sama lain.

Aku bersyukur pada Allah, telah menitipkanku pada satu tubuh yang mau dengan tulus untuk mendewasa bersama. Delapan perempuan yang kemudian tumbuh, bertransformasi menjadi dalang-dalang kebahagiaan bagi semesta, kendati sumbangannya tak lebih dari sejumput kata. Tapi semoga, tetap terhitung sebagai bukti adanya kita.

Delapan perempuan itu memiliki satu nama dengan tujuh huruf alfabetika yang vokal dan konsonannya berselang-seling akur selaras. Didahului huruf ke-13 dan diakhiri dengan huruf serupa ular. Lalu, nama itu menyusut jadi empat huruf, meninggalkan tiga huruf terakhir. Dan kini, hanya tinggal satu huruf bertahan sebagai panggilan popular di antara kita, huruf itu huruf ke 10. Aku berpikir, ini adalah bukti kita memang tak perlu berpanjang kata. 

Mungkin tak perlu lagi kuteruskan untaian alfabetika agar menjadi ribuan kata, kata menjelma ratusan alinea, dan pelbagai alinea menjadi buah yang bisa kau baca; bahwa aku merindu. Kita saling tau, obat rindu adalah bertemu. Maka cukup bagi kita untuk saling melontar sapa dan berkata, "Ngopi, yuk."



Salam,

INF

0 komentar:

Posting Komentar